Thursday, April 11, 2013
Pesisir Arktik Siberia yang sudah membeku selama puluhan ribu tahun kini melepaskan simpanan karbon ke udara. Penyebabnya adalah meningkatnya suhu dunia yang membuat pesisir tersebut meleleh. Demikian kesimpulan dari penelitian yang diterbitkan Rabu (30/8).
Karbon, sumber memanasnya Bumi, sudah terperangkap di sepanjang 7000 km pesisir timur laut Siberia sejak Zaman Es terakhir. Namun memanasnya atmosfer serta erosi pesisir mengoyak lapisan es dan melepaskan sekitar 40 juta ton karbon per tahun ke udara. Angka ini lebih tinggi 10 kali lipat dari yang sebelumnya diperkirakan, menurut penelitian di jurnal “Nature”.
Sekitar dua pertiga karbon tersebut lepas ke atmosfer sebagai karbondioksida dan sisanya terperangkap di sedimen lautan bagian atas.
Sekitar setengah total jumlah karbon dunia yang terperangkap dalam tanah tertahan di kawasan Arktik. Sementara, menurut penelitian yang dipimpin ole peneliti di Stockholm University, kawasan ini kini sedang mengalami penghangatan iklim dalam skala dua kali lipat lebih cepat dari rata-rata dunia.
Awal pekan ini, ilmuwan AS sudah mengatakan bahwa es laut di Samudra Arktik sudah meleleh sampai ke jumlah paling sedikit.
Kawasan yang diteliti di studi “Nature”, bernama Yedoma, berukuran dua kali Swedia namun sangat jarang diteliti karena saking sulitnya dijangkau.
Temuan ini menyoroti lingkaran setan dari isu perubahan iklim.
Penghangatan suhu bumi yang disebabkan oleh manusia dari pembakaran bahan bakar fosil kemudian melepas stok karbondioksida yang sudah tersimpan di lapisan es abadi sejak Zaman Es terakhir atau Pleistosen. Gas yang dilepas ke udara kemudian menambah dahsyat efek pemanasan global, sehingga menyebabkan lebih banyak karbon yang lepas ke udara, dan begitu terus selanjutnya.
“Kolaps dan erosi pesisir Pleistosen serta deposit dasar laut bisa mempercepat dampak menghangatnya iklim di Arktik,” penelitian tersebut mengingatkan.
Kebocoran atmosfer di Yedoma jumlahnya sama dengan emisi tahunan lima juta mobil, dengan rata-rata buangan karbon lima ton per tahun dari kendaraan di Amerika Serikat.
Dalam studi terpisah yang juga muncul di Nature, peneliti di Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat menggunakan model komputer untuk menghitung kemungkinan adanya 4 ton gas metana yang tersimpan di bawah lapisan es Antartika.
Gas metana menyimpan panas matahari 25 kali lebih banyak dari karbondioksida.
Sebelum beku, kawasan tersebut penuh dengan sisa jasad organik yang terperangkap dalam sedimen yang kemudian tertutup es.
Para peneliti ini menyatakan, “Model komputer kami menunjukkan bahwa dalam jutaan tahun, mikroba mungkin mengubah karbon menjadi gas metana,” sehingga kemudian bisa mempercepat menghangatnya iklim jika lapisan es ini mencair.
Hancurnya lapisan es di Antartika dianggap sebagai skenario terburuk oleh para ahli iklim. Beberapa penelitian bahkan menyebut bahwa lapisan es ini malah semakin tebal karena adanya kenaikan hujan salju secara lokal.